resensi flm ayat - ayat cinta

Minggu, 02 Januari 2011


Diangkat dari novel fenomenal Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy, lewat sentuhan sineasis MD Pictures dan disutradarai oleh Hanung Bramantyo, maka film yang sarat ajaran moral ini hadir ke hadapan publik setelah tertunda penayangannya karena masalah teknis.
Film Ayat-Ayat Cinta ini akan diputar serentak di bioskop Indonesia pada medio Februari 2008. Tema film ini menyoal kisah cinta. Tetapi bukan cuma sekedar kisah cinta yang biasa. Ini tentang bagaimana menghadapi turun-naiknya persoalan hidup dengan cara Islam. Fahri bin Abdillah adalah pelajar Indonesia yang berusaha menggapai gelar masternya di Al Ahzar, Kairo. Berjibaku dengan panas-debu Mesir, berkutat dengan berbagai macam target dan kesederhanaan hidup, bertahan dengan menjadi penerjemah buku-buku agama. Semua target dijalani Fahri dengan penuh antusiasme kecuali satu: menikah.
Kenapa? Karena Fahri adalah laki-laki taat yang begitu 'lurus'. Ia tidak mengenal pacaran sebelum menikah. Ia kurang artikulatif saat berhadapan dengan makhluk bernama perempuan. Hanya ada sedikit perempuan yang dekat dengannya selama ini. Neneknya, ibunya dan saudara perempuannya. Namun benarkah demikian? Sepertinya pindah ke Mesir membuat hal itu berubah. Tersebutlah Maria Girgis. Tetangga satu flat yang beragama Kristen Koptik tetapi mengagumi Al Quran. Ia mengagumi Fahri, dan perlahan kekaguman itu berubah menjadi cinta.
Sayang cinta Maria hanya tercurah dalam diari saja. Lalu ada Nurul, anak seorang kyai terkenal yang juga mengeruk ilmu di Al Azhar. Sebenarnya Fahri menaruh hati pada gadis manis ini. Sayang rasa mindernya yang hanya anak keturunan petani membuatnya tidak pernah menunjukkan rasa apa pun pada Nurul. Sementara Nurul pun menjadi ragu dan selalu menebak-nebak. Setelah itu ada Noura, seorang gadis tetangga yang selalu disiksa ayahnya sendiri. Fahri berempati penuh dengan Noura dan ingin menolongnya. Sayang hanya empati saja, tidak lebih.
Namun Noura yang mengharap lebih, dan nantinya ini menjadi masalah besar ketika Noura menuduh Fahri memperkosanya. Terakhir muncullah Aisha. Si Mata Indah yang menyihir Fahri. Sejak sebuah kejadian di metro, saat Fahri membela Islam dari tuduhan kolot dan kaku, Aisha jatuh cinta pada Fahri. Dan Fahri juga tidak bisa membohongi hatinya.
Lalu bagaimana bocah desa nan lurus itu menghadapi ini semua? Siapa yang dipilihnya? Bisakah ia menjalani semua dalam jalur Islam yang sangat ia yakini?
Saksikan hanya di bioskop dan temukan 'cinta sejati' yang hanya dapat diperoleh pada jalan benar Allah SWT. (effendy wongso, poster: MD Pictures)


0 komentar:

Posting Komentar